l Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa karakteristik diantaranya sebagai berikut: (1) melakukan hubungan yang bermakna, (2) melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan, (3) belajar yang diatur sendiri, (4) bekerja sama, (5) berpikir kritis dan kreatif, (6) mengasuh dan memelihara pribadi siswa, (7) mencapai standar yang tinggi, dan (8) menggunakan penilaian autentik. Johnson, 2002 (Dalam Nurhadi, 2006).
Dari pendapat tersebut karakteristik pembelajaran konstektual dapat diuraikan sebagai berikut: (1) siswa diharapkan aktif dalam pembelajaran baik secara kelompok maupun individu, (2) siswa membuat hubungan di dalam sekolah dan di dalam kehidupan nyata sebagai bagian dari anggota masyarakat, (3) siswa belajar dan melakukan pekerjaan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, (4) siswa diharapkan mampu bekerja sama dalam kelompok maupun dalam pembelajaran di kelas, (5) siswa berpikir kritis dan kreatif agar dapat menganalisis, mensitensis, dan memecahkan masalah, (6) memberi bimbingan dan dukungan pada siswa, (7) siswa diharapkan mencapai standar pencapaian yang tinggi, dan (8) menggunakan penilaian yang nyata dan sebenarnya dari apa yang telah diperoleh siswa dari lingkungannya.
Sanjaya (2005) mengemukakan lima karakteristik pentingdalam proses Pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual (CTL), yaitu (1) pembelajaran Kontekstual merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activing knowledge). Artinya apa yang dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari. (2) belajar dalam rangka memeperoleh dan menambahkan pengetahuan baru (acquiring knowledge) yaitu pengetahuan baru diperoleh dengan cara mempelajari keseluruhan, kemudian memerhatikan detailnya. (3) pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini. (4) mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge) artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa. (5) melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan baik untuk proses dan penyempurnaan strategi.
Pada dasarnya karakteristik pembelajaran kontekstual menekanan pada pembelajaran yang bermakna, bukan hanya sekedar menghafal melainkan mengalami dan berbuat serta mampu bekerja sama untuk memecahkan dan memperoleh informasi baru berupa pengetahuan dan guru bukan satu-satunya sumber belajar serta menggunakan berbagai strategi penilaian bukan hanya tes saja.
Dari pendapat tersebut karakteristik pembelajaran konstektual dapat diuraikan sebagai berikut: (1) siswa diharapkan aktif dalam pembelajaran baik secara kelompok maupun individu, (2) siswa membuat hubungan di dalam sekolah dan di dalam kehidupan nyata sebagai bagian dari anggota masyarakat, (3) siswa belajar dan melakukan pekerjaan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, (4) siswa diharapkan mampu bekerja sama dalam kelompok maupun dalam pembelajaran di kelas, (5) siswa berpikir kritis dan kreatif agar dapat menganalisis, mensitensis, dan memecahkan masalah, (6) memberi bimbingan dan dukungan pada siswa, (7) siswa diharapkan mencapai standar pencapaian yang tinggi, dan (8) menggunakan penilaian yang nyata dan sebenarnya dari apa yang telah diperoleh siswa dari lingkungannya.
Sanjaya (2005) mengemukakan lima karakteristik pentingdalam proses Pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual (CTL), yaitu (1) pembelajaran Kontekstual merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activing knowledge). Artinya apa yang dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari. (2) belajar dalam rangka memeperoleh dan menambahkan pengetahuan baru (acquiring knowledge) yaitu pengetahuan baru diperoleh dengan cara mempelajari keseluruhan, kemudian memerhatikan detailnya. (3) pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini. (4) mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge) artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa. (5) melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan baik untuk proses dan penyempurnaan strategi.
0 komentar:
Posting Komentar