Degeng menyebutkan bahwa desain elaborasi adalah suatu cara untuk mengorganisasikan pembelajaran, mulai dari memberikan kerangka isi dari bidang studi yang diajarkan. Setelah diberikan gambaran secara utuh, maka hal berikutnya adalah memilah-milah pokok bahasan tersebut menjadi bagian-bagian yang rinci. Bagian-bagian yang telah dipilah ini kemudian dijadikan sub bagian, kemudian dikerucutkan lagi menjadi sub bab atau bahasan yang lebih kecil.
Sementara itu, Reigeluth menyebutkan bahwa, teori elaborasi merupakan proses instruksional yang dimulai dengan mengadakan ikhtisar yang mengajarkan pandangan-pandangan secara umum, simpel, dan mendasar.
PRINSIP-PRINSIP ELABORASI
Disebutkan dalam Merril dan Twitchell juga Degeng, terdapat delapan prinsip dalam pembelajaran yang menggunakan teori elaborasi, yaitu:
1. Initial Synthesis Principle, yaitu penyajian kerangka isi (epitome) pada awal proses pembelajaran (dengan tujuan efektivitas dan efisiensi dalam pembelajaran). Fase pertama dalam proses belajar-mengajar adalah dengan menunjukkan bagian-bagian utama pada mata pelajaran atau bidang studi yang diajarkan.
2. Gradual Elaboration Principle, yaitu pengaturan secara bertahap dari urutan yang dibentuk. Elaborasi tahap kedua ini akan mengelaborasikan bagian-bagian yang termaktub dalam elaborasi tahap pertama, sehingga urutan pembelajaran bergerak dari umum ke khusus dan dari sederhana ke kompleks.
3. Introductory Familiarization Principle, yaitu dengan menyesuaikan pengaturan dengan hal-hal yang telah diketahui oleh siswa. Pada tahap ini, pengajar akan mencoba untuk menemukan bahan-bahan ajar atau contoh kasus yang telah diketahui oleh siswa. Ini dilakukan untuk mempermudah siswa dalam memahami konsep yang akan diberikan pada pertemuan-pertemuan berikutnya.
4. Most Important First Principle, yaitu berkenaan dengan pengaturan terhadap hal-hal yang dianggap penting, yang ditempatkan pada awal-awal pertemuan, dengan pertimbangan bahwa bahan ajar tersebut dapat memberikan kontribusi pada peserta didik dalam memahami secara keseluruhan. Hal ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan motivasi, transfer, dan retensi yang berkelanjutan.
5. Optimal Size Principle, memuat berbagai fakta, konsep, dan prosedur yang didesain supaya dapat dikenal atau diketahui dengan mudah oleh siswa dan berhubungan dengan memori jangka pendek siswa. Dalam proses pembelajaran, fakta-fakta tersebut dapat ditampilkan dengan memberikan contoh tentang perilaku yang terjadi di dalam kelas atau dengan cara menyajikan kliping atau sejenisnya yang diharapkan dapat mengungkapkan apa saja yang telah dipahaminya mealui proses diskusi di dalam kelas.
6. Periodic Synthesis Principle, yaitu bahan ajar disintesis dan ditunjukkan pada setiap akhir pembelajaran dengan menunjukkan relasi yang lebih dalam dari suatu kerangka isi. Pengajar akan memberikan penjelasan tentang hubungan antara bahan ajar dengan bahan ajar berikutnya, dengan tujuan agar siswa dapat mempunyai gambaran awal terhadap bahan ajar yang disajikan tersebut.
7. Periodic Summary Principle, dengan menunjukkan rangkuman di akhir setiap bahan ajar.
8. Type of Synthesis Principle, yaitu sintesis bahan ajar yang disesuaikan dengan kondisi yang ada, seperti struktur konseptual, struktur teoritis untuk isi teoritis dan struktur prosedural untuk isi prosedural.
Masih pada sumber yang sama, terdapat tujuh komponen strategi dalam teori elaborasi, yaitu:
1. A SPECIAL TYPE OF SIMPLE TO COMPLEX SEQUENCE
Hal tersebut dapat dikatakan sebagai urutan elaboratif yaitu urusan dari sederhana ke kompleks atau dari umum ke khusus. Pada tahap ini, didorong agar siswa mampu memahami hal-hal yang bersifat umum terlebih dahulu ayng akan saling mengaitkan dengan bagian-bagian berikutnya.
2. LEARNING PREREQUISITE SEQUENCES
Dapat dimaknai sebagai urutan prasyarat belajar atau hierarki belajar. Dari pengertian tersebut, maka penyajian isi bidang studi tidak akan dilakukan sebelum isi bidang studi yang menjadi prasyarat disajikan.
3. SUMMARIZES
Yaitu rangkuman yang berfungsi untuk memberikan pernyataan singkat mengenai isi bidang studi yang telah dipelajari dan contoh-contoh pedoman yang mudah diingat untuk setiap prosedur, konsep, atau prinsip yang diajarkan. Tujuan ringkasan menurut degeng selain sebagai upaya untuk menyatakan kembali apa yang telah dipelajari oleh siswa, tujuan ringkasan ini adalah agar si belajar mengalami retensi yang kuat terhadap apa-apa yang telah disampaikan selama proses pembelajaran.
4. SYNTHESIZERS
Merupakan komponen strategi teori elaborasi yang berfungsi untuk menunjukkan hubungan-hubungan di antara konsep-konsep, prosedur-prosedur, dan prinsip-prinsip yang diajarkan. Tujuan dari pengaitan hubungan-hubungan tersebut adalah membantu siswa agar lebih mudah dalam konsep, prosedur, dan prinsip tersebut.
5. ANALOGIES
Analogies digunakan untuk mempermudah pemahaman pelajar terhadap bahan ajar yang telah diberikan dengan cara membandingkan dengan pengetahuan yang telah dikenal oleh pelajar tersebut. Makin dekat persamaan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dijadikan analogi, maka semakin efektif penggunaan analogi tersebut. Analogi akan lebih baik jika diberikan sebelum pengetahuan baru diberikan kepada siswa.
6. COGNITIVE STRATEGY ACTIVATOR
Menurut Rigney, terdapat dua cara untuk mengaktifkan strategi kognitif yaitu dengan embedded strategy dan detached strategy. Embedded strategy dilakukan dengan merancang pengajaran sedemikian rupa sehingga pelajar pun “dipakasa” untuk menggunakannya, bisa dilakukan dengan menggunakan gambar, analogi parafrase, dan mnemonic, bisa juga dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan penuntut atau disebut juga dengan detached strategy, yaitu usaha untuk meminta pelajar untuk menunjukkan apa yang sudah dipelajari.
7. A LEARNER CONTROL FORMAT
Menurut Merril, kontrol belajar merujuk pada kebebasan pelajar dalam melakukan pilihan dan pengurutan terhadap isi yang dipelajari, kecepatan belajar, komponen strategi pembelajaran, dan strategi kognitif yang digunakan. Dalam kasus ini, siswa dapat menentukan sendiri epitominya, menentukan waktu belajarnya, dan bagaimana dia belajar dan merangkum bahan belajarnya tersebut.
TEORI ELABORASI DALAM DESAIN MATERI PEMBELAJARAN
Di bawah ini disebutkan langkah-langkah desain materi pembelajaran dalam teori elaborasi yang dirangkum dari tulisan Degeng, Merril and Twitchell:
1. Penyajian kerangka isi. Proses awal belajar-mengajar disajikan dengan kerangka isi, yaitu struktur yang memuat bagian-bagian yang paling penting dari bidang studi.
2. Elaborasi tahap pertama. Dalam teori elaborasi, elaborasi tahap pertama dimulai dengan mengurutkan tiap-tiap bagian yang ada dalam kerangka isi, dari bagian-bagian terpenting. Di akhir tiap elaborasi diakhiri dengan rangkuman dan pensintesis yang hanya mencakup konstruk-konstruk yang baru saja diajarkan.
3. Pemberian rangkuman dan sintesis internal. Tahap ini adalah tahap pemberian rangkuman, berisi pengertian-pengertian singkat mengenai konstruk yang diajarkan dalam elaborasi.
4. Elaborasi tahap kedua. Pada elaborasi tahap kedua, siswa dibawa pada tingkat kedalaman seperti yang dituntut dalam tujuan pembelajaran. Elaborasi tahapkedua ini dilakukan seperti pada elaborasi tahap pertama (diakhiri dengan rangkuman dan pensintesis internal) yang disebut juga sebagai expended epitome.
5. Pemberian rangkuman dan sintesis eksternal. Sintesis eksternal dilakukan seperti tahap pertama.
6. Dilakukan tahap-tahap seperti tahap pertama dan kedua, hingga pada kedalaman tertentu seperti yang telah ditetapkan pada tujuan pembelajaran.
7. Kerangka isi disajikan kembali untuk mensintesiskan keseluruhan isi mata pelajaran atau terminal epitome yang telah diajarkan.
Browse » Home » » desain pembelajaran elaborasi
Minggu, 08 Januari 2012
desain pembelajaran elaborasi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
About This Blog
Lorem Ipsum
Lorem Ipsum
Lorem
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar